25 May 2015

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP KEARIFAN BUDAYA LOKAL

Pabbieing'E - Artikel - Secara umum budaya diartikan sebagai hal-hal yang  berkaitan dengan budi dan akal manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,  perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seniserta bahasa. 

Kearifan Lokal  secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

 kearifan lokal dengan kekayaan budaya serta adat istiadat di indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan menjadi salah satu warna tersendiri terkhusus dikabupaten bulukumba. Bulukumba yang dikenal dengan beberapa obyek wisata yang sangat menarik kerap ramai dikunjungi para wisatawan atau orang - orang yang hanya sekedar mengisi waktu liburnya baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Di Bulukumba misalnya, salah satu obyek wisata yang dikenal dengan pasir putihnya sebut saja Pantai Bira. Pantai yang ramai dukunjungi dengan wisatawan Barat kini terkesan terjadi pergeseran orientasi budaya dan adat istiadat yang dari dulu melekat dan menjadi tradisi dari para leluhur warga Bonto Bahari. 

Publikasi budaya barat baik sengaja maupun tidak disengaja yang kerap dipertontonkan di obyek wisata tersebut menjadikan mindset masyarakat sekitar bahwa apa yang mereka lakukan merupakan hal yang 'trend' dan biasa terkhusus dikalangan pemuda dan remaja. Tidak kita sadari bahwa secara tidak lansung budaya barat telah mematikan kearifan budaya lokal kita yang merupakan budaya timur.

Dengan melihat realita yang ada, begitu pesatnya perkembangan budaya barat dan bahkan sebagian mindset masyarakat menganggap bahwa hal demikian adalah sebuah peradaban dan dengan bangga mengikuti budaya barat karena mereka anggap hal tersebut merupakan sesuatu hal trend dimasa sekarang. kelemahan analisa sebagian besar saudara kita yang begitu cepat terpengaruh dan mengadopsi budaya barat nampak terlihat mematikan kearifan budaya lokal mati dan terlupakan.

Publikasi budaya barat yang kerap terjadi di obyek wisata Pantai Bira sangat berpengaruh dan membahayakan generasi muda, belum lagi budaya asing yang dipublikasi melalui media sosial yang begitu sangat sulit dicegah masuk ke Indonesia akibatnya gennerasi muda yang belum memiliki kematangan filter akan ikut terpengaruh sehingga akan melunturkan hukum normatif budaya timur terkhusus bugis.

Pengaruh budaya barat yang begitu muda masuk ke Kabupaten Bulukumba terkhusus pantai Bira disebabkan karena belum ada kesiapan pendidikan, norma, agama dll untuk mengadopsi budaya barat tersebut. Jadi maaf saja ketika banyak pemuda bulukumba terkhusus sekitar pantai bira yang kerap melakukan kegiatan headonis atau obyek wisata pantai bira dijadikan sebagai tempat kegiatan headon. Ini karena mindset sebagian besar orang yang menganggap bahwa obyek wisata tersebut merupakan tempat pesta ria yang tidak berpedoman pada budaya dan adat setempat. Sehingga maaf saja ketika kita tidak berani mencegah dan memerangi budaya barat maka beberapa tahun kedepan obyek wisata tersebut akan menjadi lokalisasi prostitusi.

Kondisi Kabupaten Bulukumba kekinian semistinya belum siap untuk menerima wisatawan asing untuk melakukan publikasi budaya  barat terkhusus dipantai bira, wisatawan semestinya harus mengikuti aturan daerah setempat dan masyarakat sekitar. Ketidak kesiapan ini karena kematangan filter generasi muda belum hatam menganalisa dan kuat membentengi diri dari pengaruh budaya asing ini tentunya tidak terlepas dari konteks pendidikan, agama, politik dll.

Belum lagi kita telah ketahui bersama bahwa semenjak tenarnya tebing Apparallang dan pantai samboang menjadikan ramai dikunjungi wisatawan dan orang yang ingin menikmati hari libur, semestinya warga sekitar harus mencekal masuknya publikasi budaya barat melalui wisatawan asing (bukan mencekal wisatawanya tapi publikasi budayanya). Hal ini adalah langkah yang pertama dan minimal harus kita tempuh supaya semua obyek wisata dikabupaten bulukumba tidak dicemari dengan masuknya budaya asing. Bukan hanya budaya asing, tapi kian berkembangya praktek budaya barat dipantai bira sehingga kita telah ketahui bersama bahwa orang - orang Germany telah menanam modal disekitaran obyek wisata dan ketika kita tidak membentengi diri makan yakin saja orang Germany akan menguasasi obyek wisata tersebut. Terakhir saya sampaikan kepada saudara-saudara mari kita coba rebut kembali Budaya dan Kearifan Lokal Bulukumba.