27 Mar 2016

SINJAI DALAM CATATAN DAN DINAMIKA POLITIK MASA KINI

Muh Fardhy / copyright facebook
Penulis : Muh Fardhy

Pada awalnya Kabupaten Sinjai yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe (Tondong, Bulo-Bulo dan Lamatti) dan dan Kerajaan - Kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe (Turungeng, Manimpahoi, Terasa Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka) yang konon dibagi antara dekat pesisir dalam hal ini Tellu Limpoe dan Dataran tinggi yang tergabung dalam kerajaan Pitu Limpoe.

Kebanggaan Sinjai dalam catatan dengan watak dan karakteristik masyarakat yang menjunjung tinggi sistem pemerintahan demokratis dan bekedaulatan rakyat, Komunikasi politik terbangun dengan jalinan yang santun (Sipakatau) antara kerajaan - kerajaan. Budaya Sirui Menre, Te' Sirui no (Saling menarik ke atas) dan mallilu sipakainge (saling mengingatkan dikala khilaf) merupakan modal utama untuk saling menjaga harkat dan martabat serta straa sosial di Kabupaten Sinjai.

Sekalipun Kerajaan - Kerajaan tergabung dalam persekutuaan tellu limpoe namun tetap terjaga dalam pelaksanaan roda kepemimpinan yang konsisten pada wilayah masing - masing kala itu, Hingga tidak pernah sedikit pun terjadi peperangan dan gesekan antra leluhur kita.

Tercatat dalam catatan sejarah suatu ungkapan dari PUANTA MATINROE RISIJAINA dengan ucapan "SINGENRUNNA LAMATTI BULO-BULO (Satukan Keyakina Lamatti dan Bulo-Bulo) merupakan suatu pesan yang sangat mendalam yang mestinya harus dikenang generasi pelanjut dari Kabupaten Sinjai.

Meskipun dalam catatan sejarah beberapa kali Agresi belanda mencoba angkat senjata peperangan terhadap beberapa kerajaan di Kabupaten Sinjai dalam Rumpa'na Manggara Bombang, Hingga Benteng Balangnipa pernah jatuh ketangan belanda, tidak memyurutkan para leluhur untuk merebut kembali Benteng Kebanggan tersebut.

Catatan sejarah Kabupaten Sinjai sedikit merupakan cerminan bahwa sebelum Indonesia merdeka dan didaulatkan sebagai suatu negara para tokoh dan pemimpin terdahulu di Sinjai telah memperlihatkan suatu kepemimpinan yang demokratis serta menjunjung tinggi nilai - nilai kedaulatam rakyat.

Hal ini merupakan suatu pesan kepada generasi - generasi pelanjut kab. Sinjai bahwa Demokrasi dengan asas sipakatau (saling menghargai) telah di terapkan oleh para leluhur untuk menjalin silatuhrahmi yang baik. 

Hal ini yang mestinya harus menjadi motifasi dalam menjemput pesta democrasi yang dijadwalkan  pada tahun 2018 mendatang. Terlaksananya politik santun adalah bentuk suatu kerinduan untuk membuktikan sejatinya sebuah demokrasi dengan output pemimpin yang jujur, amanah dan menjujung tinggi kedaulatan rakyat. 

Beberapa putra putri terbaik kabupaten sinjai yang gencar melakukan sosialisasi dan menggalang massa adalah suatu bentuk bentuk kebanggan, ini merupakan bukti bahwa sinjai memiliki banyak kader penerus dan tentunya siap mewarnai pesta democrasi. Panggung Democrasi tidak mebatasi kontestan kontestan yang akan siap mewarnai pesta democrasi tersebut. Begitupun sebaliknya bahwa hak politik dalam menentukan pelihan tidak pernah dibatasi sedikitpun.

DEMOKRASI ADALAH KEBEBASAN....KEBEBASAN MEMILIH, KEBABASA PERPENDAPAT, KEBEBASAN MENTUKAN SIKAP, SERTA KEBEBASAN UNTUK BEBAS....

Sinjai, 28 Maret 2016